Kamis, 01 Oktober 2015

Isu dalam Bidang Ekonomi-Akuntansi (Tugas Softskill)

Fenomena Krisis Ekonomi Global yang Selalu Berulang

Indonesia kini sedang mengalami krisis ekonomi yang merupakan efek domino dari semakin menguatnya nilai mata uang dolar Amerika Serikat sehingga membuat nilai tukar rupiah semakin melemah. Ditambah lagi, keputusan Tiongkok untuk melakukan devaluasi yuan atau melemahkan mata uang yuan juga mempengaruhi negara yang menjadi partner dagangnya termasuk Indonesia.
Agus Martowardojo yang merupakan Gubernur Bank Indonesia mengatakan bahwa sebagai negara berkembang, Indonesia memang masih sangat bergantung pada investasi asing. Menguatnya dolar Amerika Serikat membuat nilai rupiah melemah drastis. Pelemahan nilai tukar rupiah di tengah perlambatan ekonomi Indonesia ini memang tidak mudah untuk dilalui.
"‎BI dan pemerintah bersepakat bahwa tantangan ini ada, tetapi tantangan ini akan bisa kita lewati apabila lembaga-lembaga negara, pemerintah, BI, OJK dan lembaga terkait bisa mengeluarkan kebijakan yang konsisten dan kredibel," kata Agus di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (27/8/2015).
‎ Agus menuturkan bahwa kebijakan yang konsisten dan kredibel tersebut harus mengutamakan ukuran dan ketepatan waktu dalam pengeluaran kebijakannya. Pemerintah juga akan mengeluarkan paket kebijakan untuk mendorong dana-dana orang Indonesia yang ada di luar negeri untuk masuk ke Indonesia. Diharapkan dengan begitu, investasi di Indonesia akan meningkat dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan lebih kuat dan tidak mudah melemah akibat isu global.
"Dari pemerintah kami berupaya menciptakan dan juga menumbuhkan sentimen positif untuk memperbaiki keyakinan pelaku ekonomi sehingga bisa membantu penguatan nilai rupiah," kata Bambang Brodjonegono yang merupakan Mentri Keuangan RI saat berbincang dengan Liputan6.com, di Bengkalis, Riau, Rabu (17/6/2015).
Dari berbagai penuturan tersebut, dapat kita ketahui bahwa Indonesia akan terus bergantung pada negara lain untuk melakukan investasi di Indonesia. Sampai kapanpun Indonesia akan terus mengalami kemungkinan krisis ekonomi selama masih bergantung pada investasi negara lain. Saat ini Indonesia mengalami krisis ekonomi akibat dari diambilnya suatu kebijakan penarikan kembali dolar di Amerika Serikat dan devaluasi yuan di Tiongkok. Otomatis pemerintah akan selalu dituntut untuk membuat kebijakan agar meminimalisasi krisis. Jika Indonesia ingin perekonomiannya tetap stabil tanpa “didikte” oleh negara lain, maka negara kita ini harus benar-benar mandiri dalam perekonomian dan tidak bergantung pada investasi asing. 
Langkah konkret untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan menerapkan ekonomi Islam yang berbasis emas dan perak yang tidak akan bergantung dengan mata uang negara lain. Tidak adanya suku bunga juga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia karena menjunjung tinggi nilai keadilan. Tentu saja untuk menerapkan kebijakan ini tidaklah mudah karena Indonesia sangat menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika. Ditambah lagi Indonesia sangat sensitif terhadap SARA. Namun, sebagai Negara dengan mayoritas penduduk pemeluk agama Islam, ditambah lagi kebijakan ekonomi Islam ini tidak merugikan agama lain atau pihak lainnya bahkan menguntungkan karena sangat melindungi hak setiap orang, sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak menerapkannya. Dibutuhkan langkah yang besar, tegas, dan nyata jika Indonesia benar-benar ingin sejahtera dan tidak mengalami krisis ekonomi berkelanjutan. Masyarakat Indonesia sudah terlalu banyak yang dirugikan akibat sistem kapitalis-liberal yang mendunia saat ini. Jika Indonesia sungguh-sungguh ingin mandiri tanpa dipengaruhi negara lain, maka menjadi berbeda dengan menerapkan kebijakan ekonomi Islam adalah solusinya. Menjadi berbeda memang tidaklah mudah tetapi menjadi berbeda selagi benar adalah anugerah.






Sumber :
http://www.aktual.com/buruh-bintak-takut-di-phk-akibat-rupiah-melemah/
https://tokodinardirham.wordpress.com/2012/07/01/belajar-lagi-tentang-dinar-dirham-dan-emas-perak/